Mitos Seputar Kehamilan Ini Justru Berbahaya Bagi Janin, Kamu Wajib Tahu!


Mitos seputar kehamilan memang banyak berkembang di dalam masyarakat Indonesia, seperti halnya mitos-mitos seputar menyusui yang pernah saya bahas sebelumnya di artikel ini. Selain larangan serta pantangan yang wajib dipatuhi oleh calon ibu selama masa kehamilan, biasanya juga beredar mitos mengenai apa yang harus dilakukan agar kehamilan berjalan lancar sesuai harapan.

Misalnya saja, nih, ada sebuah aturan tak tertulis mengenai ibu hamil wajib menyisipkan peniti atau jarum di bajunya selama masa kehamilan berlangsung. Hal tersebut dipercaya dapat menghindarkan ibu dan calon anak dalam kandungan senantiasa terjaga keselamatannya. Selama masa kehamilan saya pun melakukan hal serupa, bukan karena saya percaya. Hanya saja agar tidak menimbulkan konflik dalam keluarga. Hehehe

Selain masalah peniti tersebut, terdapat pula mitos mengenai larangan makan pedas bagi ibu hamil yang mampir pada saya. Konon katanya makan pedas saat hamil bisa menyebabkan kontraksi. Berhubung saya tidak bisa makan tanpa cabai, akhirnya saya makan pedas namun sembunyi-sembunyi. Tentu saja, saya telah mencari informasi sebelumnya mengenai hal tersebut melalui internet dan juga nakes. Faktanya makan pedas tak berbahaya bagi janin. Meskipun demikian, namun selama masa kehamilan level kepedasan saya kurangi untuk menghindari diare.

Biasanya saya akan mengikuti arahan-arahan dari orang tua terdahulu, meskipun saya tahu hal tersebut hanyalah mitos belaka untuk menghindari konflik yang berkepanjangan selama apa yang dianjurkan tersebut aman. Saya tahu bahwa memakai peniti di baju selama masa kehamilan adalah mitos dan tak akan berpengaruh apa-apa, namun karena tidak merugikan apa salahnya jika dituruti saja. Lain halnya jika anjuran-anjuran tersebut berbahaya dan jelas sangat dilarang oleh dokter. Tentu saja dengan segenap jiwa saya akan mempertahankan pendapat yang menurut saya benar demi menghindari mitos yang justru berbahaya bagi janin.

Urut Perut

 

Salah satu mitos yang kerap kita temui adalah saran untuk mengurut perut pada usia kehamilan tertentu dengan tujuan janin yang dikandung tetap sehat dan terhidar dari sungsang. Tahukah, Dear? Jika hal tersebut tak sepenuhnya benar. Mengurut perut saat hamil justru mendatangkan resiko bagi janin. Bahkan dokter spesialis kandungan biasanya akan melarang keras pasiennya untuk mengurut perut selama masa kehamilan. 

Satu petuah yang selalu saya dapat dan ditekankan oleh dokter kandungan saat berkonsultasi, baik pada kehamilan pertama ataupun kehamilan kedua adalah jangan pernah mengurut perut dengan alasan apapun selama masa kehamilan, karena hal tersebut justru akan sangat berbahaya. Dampak yang bisa ditimbulkan dari urut perut adalah dapat membuat posisi janin berubah menjadi sungsang. Berbeda dari tujuan awal, urut perut justru bisa menyebabkan posisi janin menjadi tidak sesuai harapan. 

Selain anjuran dari dokter tersebut, banyak pengalaman yang dituturkan oleh sesama ibu, lebih tepatnya adalah tetangga bahwa mereka mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan manakala memenuhi saran dari para tetua mengenai hal satu ini. Meskipun tidak selalu terjadi, namun banyak dari mereka yang bercerita menyesali keputusan tersebut. Posisi janin yang semula aman dan normal, akhirnya menjadi sungsang setelah di USG, selain itu beberapa ibu juga memiliki pengalaman janin yang dikandungnya justru terlilit tali pusar (plasenta). Bahkan mengurut perut selama masa kehamilan dapat meningkatkan resiko keguguran, serta stress dan rasa tertekan pada janin.

Jika sudah seperti itu, biasanya untuk melahirkan secara normal akan beresiko, tak jarang pilihan akhir adalah melahirkan secara caesar. Bagaimana jika janin terlilit tali pusar? Tentu saja hal tersebut tidak baik bagi perkembangan janin bahkan bukan tak mungkin membahayakan janin.

Oleh karena itu, jika tidak ada keluhan apapun alangkah baiknya jika perut tidak perlu diurut selama masa kehamilan. Kalau pun mempunyai keluhan, sebaiknya berkonsultasi pada dokter kandungan karena hal tersebut jauh lebih aman. 

Ah, tetanggaku urut perutnya saat hamil tapi baik-baik aja, kok? Semua pilihan ada pada masing-masing individu. Namun, apakah ibu-ibu sekalian mau membahayakan janin dalam kandungan untuk sesuatu yang belum tentu aman dilakukan atau lebih baik cari amannya saja dan tahan keinginan tersebut.

Bagaimana jika yang menyarankan untuk urut perut adalah salah satu anggota keluarga yang tertua dan disegani? Berdiplomasilah, carilah alasan yang masuk akal, dan berilah penjelasan pada mereka bahwa kamu tak ingin melakukan hal tersebut. Saya sendiri saat ada yang menyarankan urut perut, akan saya jawab bahwa tak ada keluhan apapun dalam kehamilan saya, lagipula saya takut sakit jika harus diurut. Dengan begitu saya bisa ngeles untuk urusan satu ini. Hehehe

USG Tiap Bulan Berbahaya Bagi Janin

 


Mitos seputar kehamilan satu ini cukup sering kita dengar. "Jangan USG sering-sering, Nduk! Nanti kulit anakmu dalam perut hitam kalau lahir." Itulah salah satu kalimat yang pernah saya dengar dari tetangga sekitar yang heran melihat saya rajin banget berkonsultasi ke dokter kandungan setiap bulannya. Menurut mereka yang percaya, USG berbaya karena gelombang panas yang dipancarkannya sehingga kulit janin bisa menghitam ketika sering di USG.

Saya hanya membatin, sebenarnya bukan kulit bayi kelak akan menghitam, namun USG tiap bulan bikin kantong menjerit. Jikalau saya bisa menenangkan hati ini tentu saya memilih untuk tidak melakukan USG setiap bulan sekali, namun beberapa kali saja selama masa kehamilan. Karena saya tipe orang yang mudah panik alias parnoan, maka saya memilih untuk mengikhlaskan beberapa lembar rupiah dari pada hati tak tenang. Lagipula, uang konsultasi + vitamin diganti juga, kok sama perusahaan tempat suami bekerja. Hehehe

Alhamdulillah, keputusan saya mengenai hal tersebut benar adanya dan saya mendapatkan manfaat dari apa yang saya lakukan tersebut. Saat hamil anak pertama, saya tak menemukan kendala berarti. Masa kehamilan lancar hingga persalinan tanpa drama apapun. Berbeda dengan saat hamil anak kedua. Mungkin karena banyaknya aktivitas, dari mengurus rumah, nyuci baju, mengantar anak sekolah yang mengharuskan saya menggunakan motor hingga tidak teraturnya pola makan, pada akhirnya membuat janin yang saya kandung berubah posisi. Dari yang semula normal menjadi sungsang. 

Syukurlah, saya rutin memeriksakan diri setiap bulan ke dokter kandungan sehingga belum terlambat bagi saya untuk bisa memperbaiki posisi bayi yang saat itu baru memasuki usia 6 bulan. Dengan menjalankan saran dokter, sebulan kemudian ketika saya periksa kembali, posisi janin sudah kembali normal.

Berbeda dengan pengalaman kawan saya, yang hampir tidak pernah memeriksakan diri ke dokter kandung (pemeriksaan hanya dilakukan di awal kehamilan dan saat memasuki usia kandungan 8 bulan). Saat itu, melalui USG, bayi yang ada dikandungannya terindikasi dalam posisi sungsang dan karena kandungan sudah berusia 8 bulan maka tak ada yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya, Biasanya di usia kandungan tersebut, bayi sudah mapan pada posisinya dan siap menunggu kelahiran. Seandainya saja, dia mengetahui hal tersebut jauh lebih awal, mungkin saja masih ada kesempatan baginya untuk memperbaiki posisi janin dan menjaga agar posisi janin tak lagi berputar.

Perlu diketahui bahwa USG (Ultrasonografi), sesuai namanya alat satu ini bekerja dengan bantuan gelombang suara yang akan dipancarkan ke sekitar rahim dan dipantulkan kembali ke media penerimanya. Jadi tidak ada hubungannya dengan kulit bayi yang hitam. Sangat aman jika kamu ingin melakukan USG setiap bulan sekali, Hal tersebut justru baik untuk memantau perkembangan janin dan mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

So, sebelum percaya akan mitos-mitos yang banyak beredar sebaiknya selalu cari tahu terlebih dahulu kebenarannya, ya Dear! Selalu ikuti saran dokter kandungan, agar kehamilanmu berjalan lancar tanpa kendala apapun.

Bagi sobat blogger, apakah pernah mengalami hal serupa atau mendengar mengenai mitos-mitos lain seputar kehamilan? Yuk, bagi pengalaman kalian di kolom komentar! Terima kasih. 

Sumber referensi:
1. ibubidan.com
2. hamil.co.id




0 komentar