Tak Boleh Dipercaya, Mitos Mitos Seputar Menyusui Ini Wajib Diketahui Oleh Mama Muda!

 Sumber gambar: parenting.co.id

Bagi seorang ibu tak ada yang lebih membahagiakan selain kehadiran buah hati yang telah dinanti 9 bulan lamanya. Mendengar tangisan pertama buah hati saat lahir ke dunia merupakan hal yang sungguh menakjubkan. Disamping rasa syukur yang tak terkira, terpancar pula kelegaan di wajah manakala sang buah hati melewati proses persalinan dengan baik, tanpa kurang satu apapun. 

Rasa-rasanya segala kerepotan selama kurang lebih 9 bulan mengandung, repotnya mempersiapkan segala keperluan saat akan melahirkan, hingga rasa sakit dari kontraksi hilang seketika ketika tangisan pertama keluar dari bibir mungil malaikat kecil kita.

Pasca proses persalinan, hal yang selanjutnya akan dilakukan adalah proses IMD (inisiasi menyusui dini). Yang mana bayi yang baru lahir akan dibiarkan untuk menyusu sendiri pada ibunya di 1 jam pertama kehidupannya. Trust me, momen ini lah yang paling mengharukan bagi seorang ibu, melihat wajah polos malaikat yang belum tersentuh dosa menyusu pertama kali sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Fyi, IMD sendiri memiliki tujuan menurunkan angka kematian bayi dan menurunkan angka kematian ibu, meningkatkan bonding (ikatan) kasih sayang antara ibu dan anak, serta agar program pemberian ASI ekslusif berjalan dengan lancar. Meskipun demikian, memberikan ASI kepada bayi untuk pertama kalinya tidak selalu berjalan lancar, Dear! 

Sumber gambar: alodokter.com

Biasanya beberapa hari pertama (1 - 3 hari), payudara belum memproduksi ASI dalam jumlah banyak, bahkan dalam beberapa kasus ASI baru keluar setelah hari ketiga pasca melahirkan. Namun, hal tersebut bukanlah alasan untuk tidak menyusui bayi secara langsung. Dilansir dari alodokter.com (22/02/2017), bayi baru lahir memiliki cadangan cairan yang cukup untuk tubuhnya selama 48 jam pertama. Bahkan adapula pendapat yang mengemukakan bahwa bayi bisa bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ASI.

Kendala utama yang dialami oleh para ibu baru dalam memberikan ASI bagi bayinya adalah kurangnya rasa percaya diri akan produksi ASI yang dihasilkan saat awal-awal menyusui. Hal tersebut diperparah dengan omongan-omongan yang lumayan miring dari orang sekitar, biasanya sih mereka dengan lantangnya mengungkapkan bahwa ASI si ibu tidak keluar, kering, atau tidak cukup karena melihat bayi yang seolah tak berhenti meminta ASI.

Pengalaman seperti itupun saya rasakan sendiri saat berusaha menyusui anak pertama, rasa frustasi melihat buah hati yang menangis setiap beberapa jam sekali meminta ASI membuat saya berpikir bahwa tubuh saya tak bisa memproduksi ASI seperti yang dibutuhkan bayi. Maklum selama masa kehamilan saya tak pernah mencari tahu mengenai laktasi (Suer, ilmu satu ini penting banget diketahui calon ibu baru, biar gak banyak drama seperti yang saya alami). 

Ditengah kekalutan karena berpikir bahwa saya tak akan mampu menyusui, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan susu formula menggunakan dot. Beruntung saya dikelilingi keluarga yang begitu baik dan memberikan support agar bisa memberikan ASI pada anak pertama. Mereka berusaha untuk meyakinkan saya bahwa ASI adalah yang terbaik, bahwa tak ada ibu yang tak bisa memberikan ASI pada buah hatinya, bahwa ASI yang saya hasilkan cukup dengan memberikan artikel-artikel baik dari koran ataupun internet. Dari hasil membaca puluhan artikel mengenai laktasi, pada akhirnya saya berusaha bangkit kembali, berusaha mengejar ketertinggalan. 

Sumber gambar: hellosehat.com

Thanks God, bayi saya waktu itu baru saya berikan dot selama kurang lebih 5 hari. Dengan tekad kuat akhirnya saya memutuskan untuk membuang dot beserta kaleng susu formula yang masih penuh demi lancarnya proses pemberian ASI. Sebenarnya deg-degan juga, sih! Karena masih takut ASI kurang. Namun, dari artikel yang saya baca, musuh pertama yang bisa menghambat produksi ASI adalah rasa tidak percaya akan kecukupan ASI yang dihasilkan. Jika ingin ASI melimpah maka percayalah pada tubuh, nikmati prosesnya, dan dilarang keras stress.

Tapi gimana enggak stress coba, banyak omongan-omongan yang singgah di telinga dan kebanyakan bukannya mendukung pemberian ASI, malah membuat down. Karena yang berbicara demikian umumnya ibu-ibu yang kita anggap punya pengalaman mumpuni dalam mengurus bayi, tentu saja hal tersebut memberikan dampak yang besar pada diri kita.
Biasanya mitos-mitos inilah yang berkembang dalam masyarakat dan diwariskan turun temurun melalui mulut ke mulut:

1. Bayi Tidak Cukup Kenyang Hanya Dengan ASI

Biasanya, nih jika melihat bayi menangis dan terus menerus minta menyusu, orang akan beranggapan bahwa ASI tidak cukup untuk si Bayi. Oleh karenanya bayi harus diberikan susu formula agar kenyang. 

Faktanya ASI mudah dicerna oleh pencernaan bayi, oleh karenanya bayi yang baru lahir wajib diberikan ASI selama 2 jam sekali.

2. ASI yang Dihasilkan Tidak Memiliki Gizi

Seperti halnya di poin pertama, bayi yang minta ASI terus menerus dikarenakan ASI yang dihasilkan si Ibu tidak memiliki gizi, Apalagi jika pada perkembangannya, tubuh bayi tidak gemuk. Dapat dipastikan cap ASI tak bergizi bakal langsung mampir, merasuk hingga ke gendang telinga.

Padahal ASI merupakan makanan terbaik yang bisa didapatkan oleh bayi manapun dan tak ada ASI yang tak bergizi, bahkan jika si ibu kekurangan gizi. Karena tubuh sangat memprioritaskan produksi ASI itu sendiri.

3. Kolostrum Harus Dibuang Karena Tidak Baik Bagi Bayi

Ini nih mitos yang paling merugikan bayi jika dipercaya. Bagaimana tidak kolostrum atau ASI pertama berwarna kekuningan yang oleh beberapa orang disebut ASI basi dan harus dibuang merupakan makanan pertama terbaik untuk bayi. Kolostrum kaya akan zat kekebalan tubuh dan protein. Jadi sangat disayangkan jika bayi tidak mendapatkan kolostrum. 

4. Ibu Menyusui Tidak Boleh Makan Pedas

Ibu menyusui pasti pernah dengar larangan ini. Sebenarnya tak hanya makanan pedas, ibu menyusui tak memiliki pantangan makanan apapun selama bayi yang disusui tidak alergi. Saya sendiri melanggar aturan yang ditetapkan oleh ibu saya mengenai tidak boleh makan makanan pedas, tentu saja saya makannya diam-diam. Alhamdulillah, karena bayi saya tak mempunyai alergi jadi makanan pedas yang saya makan tidak berpengaruh sama sekali, 

Namun berbeda ketika menyusui si adik yang alergi makanan laut, maka sebisa mungkin saya menghindari makan seafood selama masa menyusui.

5. Ukuran Payudara Menentukan Banyaknya ASI

Tentu saja pernyataan tersebut tidak benar sama sekali. Ukuran payudara tidak berpengaruh dalam produksi ASI yang dihasilkan oleh tubuh. Ingatlah, bahwa produksi ASI berdasarkan prinsip supply and demand, maka semakin sering menyusui bayi secara langsung maka semakin banyak pula ASI yang dihasilkan.

6. Sebelum Menyusui, ASI Harus Diperah Dulu

Adanya anggapan bahwa ASI yang berwarna jernih yang pertama keluar saat menyusui adalah ASI yang tak memiliki gizi, membuat saran mengenai memerah ASI terlebih dahulu berkembang di masyarakat. Tujuan dari hal tersbut adalah agar bayi hanya mendapat ASI yang kental dan penuh gizi. 

Nyatanya hal tersebut sangatlah tidak benar. Faktanya ASI terbentuk dari dua air susu, yaitu foremilk (berwarna jernih) dan hindmilk (berwarna putih kental). Dua-duanya mengandung zat yang berbeda yang tentu saja dibutuhkan oleh bayi. 

Selain mitos-mitos di atas tentu saja masih banyak mitos lain yang berkembang di luar sana. Nah, biar gak terjebak. Kita harus membekali diri dengan banyak informasi mengenai laktasi. Mommy pasti ingin proses mengASI dapat berjalan lancar, bukan! Yuk, mulai sekarang jangan malas membaca dan mencari informasi, ya!

Last but not least, apakah Mommy pernah mendengar mitos-mitos lain seputar menyusui? Bagi pengalamannya di kolom komentar, ya! Siapa tahu bermanfaat bagi calon ibu baru yang menantikan kelahiran buah hatinya. 

Terima Kasih

4 komentar

  1. Dengan banyak membaca dan mencari informasi kesehatan dari ahlinya kita bisa menghempas manja mitos-mitos seputar menyusui itu ya mba. Terus harus tahan kuping dan hati kalau ada orang komentar macam-macam :P

    ReplyDelete
  2. Setuju, bun. Tapi kadang kesel juga, ya. Hehehe

    ReplyDelete
  3. waktu masa menyusui saya paling sering diomongin mitos yg nomer 4. tapi tetep bandel makan yg pedes2, alhamdulillah engga bikin baby sakit atau rewel.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, bun. Kayaknya emang kebanyakan org zaman dulu kalo ibu menyusui gak boleh makan pedas. Hehehe

      Delete