Agar Tetap Semangat saat Anak Sakit


Menjadi ibu dari dua orang batita yang lagi aktif-aktifnya itu ibarat makan rujak, kadang nemu buah yang manis, kadang asam, tak jarang pula ada yang hambar. Tetapi jika sudah di campur sama sambel kacang yang rasanya aduhai, semua buah tadi ya makin enak jika masuk mulut. Yang manis semakin nikmat di rasa, yang asam pun mempunyai sensasi terdiri ketika dicocol sambal kacang, yang hambar juga demikian sama-sama jadi enak.

Begitu pun dalam merawat buah hati kita, kadang menyenangkan, kadang biasa saja, kadang juga bisa jadi Menjengkelkan, kadang terasa ringan, terkadang juga terasa berat. Namun semua itu akan sirna berganti dengan kebahagiaan yang tiada sanggup diukirkan dwngan kata-kata begitu kita melihat senyum malaikat buah hati kita, apalagi ketika mereka menunjukan perkembangan baru hasil eksplorasi yang pastinya bikin si emak setengah mati capeknya.

Mengasuh buah hati memang butuh kesabaran ekstra, kesabaran yang benar-benar tiada batasnya. Apalagi ketika mereka sedang sakit, tak ada yang lebih berat daripada mengurus batita yang sedang sakit (menurut saya, ya). Ketika si kakak sembuh, si adik lagi yang menggantikan si kakak. Si emak kudu punya tenaga dan kesabaran ekstra strong.

Seperti yang baru-baru ini saya alami, saat tubuh saya sendiri lagi drop akibat perubahan cuaca yang cukup ekstrim. Saya pun harus menghadapi rengekan 2 batita yang sakit juga.

Semua berawal dari kecerobohan saya sendiri, sudah tahu kalau telinga anak tidak perlu di korek tapi saya ngeyel. Karena tak tahan melihat banyaknya kotoran yang mampir di telinga si Adik, saya pun nekat membersihkan telinga si Adik menggunakan cotton bud ketika dia tertidur dengan harapan telinganya kembali bersih dan sedap dipandang mata. Tapi apa daya, khayalan tak seindah kenyataan 😪. Saat saya asik membersihkan telinganya, si Adik tiba-tiba bergerak dan alhasil saya tak sengaja mengorek telinga bagian dalam.

Awalnya tidak ada masalah di telinganya, namun sehari kemudian si Adik berubah rewel. Malam harinya ketika tidur si Adik menjerit keras sembari gelisah berguling kesana kemari bagaikan gasing, ketika saya cek saya pun kaget ternyata telinganya mengeluarkan cairan bening namun tidak berbau. Saat itu saya masih berpikir bahwa itu bukan karena ketidaksengajaan saya membersihkan telinganya terlalu dalam kemarin, Mungkin saja karena kemasukan air.

Karena tidak ada tanda-tanda si Adik rewel, saya mengabaikannya. Masih dengan ke sok tahuan saya, saya menduga bahwa cairan tersebut bakal menghilang dengan sendirinya. Namun ternyata, tepat di hari ke tiga, cairan yang keluar dari telinga si adek berubah menjadi ke coklatan dan berbau tidak sedap. Segera kami membawanya ke dokter THT, di sana telinga si Adik dibersihkan dan diberi obat antibiotik. Usut punya usut, telinga si Adik ternyata infeksi. Oleh bu dokter THT saya diceramahi panjang lebar atas kelalaian saya. Banyak pelajaran penting yang saya ambil setelah pulang dari dokter THT tersebut, salah satunya "jangan pernah mengorek telinga apapun alasannya, karena bisa fatal akibatnya. Bersihkan saja bagian luarnya". Bila kita mengorek telinga terlalu dalam, hal tersebut bisa merobek gendang telinga. Jika gendang telinga sudah sobek, ketika kita mandi usahakan jangan sampai kemasukan air karena air bisa memperparah keadaan dan menyebabkan infeksi telinga. Maka dari itu telinga si adek harus di jaga jangan sampai kemasukan air sampai dengan beberapa minggu ke depan. Dokter juga berpesan untuk kembali kontrol 4 hari setelah pengobatan.

Berbekal wejangan bu dokter THT, saya yang biasanya mengguyur kepala anak saya ketika memandikannya untuk sementara saya lap-lap saja bagian kepala dan telinganya jadi hanya mengguyur badannya saja. Benar saja dua hari kemudian telinga anak saya berhenti mengeluarkan cairan dan sesuai pesan bu dokter saya kembali membawa anak saya di hari yang ditentukan dan hasilnya bagus. Telinga tidak bermasalah, hanya saja obat masih harus tetap diberikan beberapa hari ke depan. Lega sudah perasaan Saya dan satu lagi pesan bu dokter "bila tiba-tiba si adek beringus tanpa sebab, maka harus segera kembali".

Namun, rupanya perjuangan saya belum usai. Setelah si Adik membaik, kini gantian si Kakak yang sakit. Mana sakitnya batuk dan pilek, pakai acara demam pula. Untungnya si Kakak bukan tipe anak yang cerewet saat sakit, saya justru khawatir kalau si Adik tertular batuk pileknya. Karena si Adik kalo sudah demam, ampun deeh! Nyerah saya mah.

Yang saya takutkan terjadi juga, selang sehari kemudian si Adik mulai batuk. Hari berikutnya batuknya bertambah parah dan berdahak. Melihat adiknya rewel, si Kakak jadi ikutan manja. Si Emak tidak boleh beranjak sejengkalpun dari tempat tidur, bila bergerak sedikit saja mereka bisa nangis meraung-raung bersahutan. Bisa dibayangkan betapa lelahnya saya saat itu? Rasanya saya jadi ikutan sakit. Yang paling parah, pada saat malam harinya si Adik tidak bisa tidur, suhu badannya panas. Menangis tak henti-hentinya sampai dini hari, tentu saja si Emak jadi ikutan bergadang. Yang bikin shock, telinga Adik mengeluarkan cairan lagi. Terang saja saya menangis, takut terjadi apa-apa. Untungnya (masih ada untungnya ya 😂), si Kakak tidur pulas di sela tangisan Adik yang memekakkan telinga.

Keesokan paginya, dengan kondisi yang sudah lelah tingkat dewa saya harus menghadapi anak yang masih rewel. Walaupun si Kakak sudah tidak lagi demam dan pilek, batuknya pun berkurang. Berbeda dengan adiknya yang makin menjadi-jadi rewelnya. Ingin sekali saya menyerah saat itu juga, banyak yang saya sesali. Kenapa saya membersihkan telinganya Si Adik waktu itu? Itu penyesalan terbesar saya saat ini. Tapi apa mau dikata, penyesalan dan tangisan tak akan bisa merubah segalanya. Semua harus dihadapi, dihadapi dengan apa? Yang pasti, bukan dihadapi hanya dengan senyuman doank lho ya. Banyak hal yang perlu dilakukan untuk menghadapi situasi seperti ini, agar saat anak sakit si emak bisa tetap semangat dan sehat hingga anak-anak pulih serta ceria kembali. Daaan lagi lagi membutuhkan ketahanan dan kesabaran yang lumayan menguras energi.

Menghadapi dua batita yang sedang sakit disaat yang bersamaan memang bukan hal yang mudah, namun sebagai seorang ibu bagaimana pun lelahnya dan bagaimana pun melelahkannya itu semua selalu ada cara untuk survive. Beberapa cara saya lakukan agar tetap "waras" dan tidak terprovokasi terhadap keadaan yang serba melelahkan, cara yang saya gunakan cukup berhasil membuat saya bertahan mengurus si buah hati hingga sembuh tanpa menyebabkan hubungan dengan suami terganggu (lebay mode on).

Memang setiap orang mempunyai cara jitu tersendiri menghadapi keadaan yang penuh tekanan, belum tentu cara yang saya lakukan berhasil pada ibu yang lainnya. Tapi tidak ada salahnya berbagi pengalaman kepada yang lain.

Yuuk ah langsung aja saya beritahu apa yang bisa dilakukan ketika anak sakit dan si emak wajib tetap kuat (karena kalau bukan kita si Emak, siapa lagi yang ngurus mereka). Cekidot:

Pertama-tama, saya tak lalai minum suplemen. Dengan minum suplemen walaupun ketularan batuk pilek si Kakak, gejala yang timbul tidak begitu berat. Sedikit lelah, namun lebih banyak tenaga. Kenapa saya tidak memilih minum obat? Alasan saya sederhana saja, karena jika saya minum obat dapat dipastikan bakal teler alias mengantuk. Jika sudah mengantuk anak rewel, kita tidak bisa menyalurkan keinginan untuk istirahat dapat dipastikan perasaan akan kacau, kepala cenat cenut, mood swing dan sudah pasti lelahpun akan memuncaki urutan no. 1. Hasilnya anak-anak gak di urusin secara maksimal, si bapak jadi sasaran omelan dan bakal serasa berhenti berputar. 

Selain minum suplemen, kita harus selalu mengkondisikan pikiran kita untuk tetap positif. Yakinlah jika kita mengurusnya dengan baik, anak-anak pasti akan lekas membaik.

Kemudian, saya memberi pengertian kepada suami untuk tidak bosan jika saya mengirim chat via wa hanya untuk sekedar memberitahukan keadaan anak-anak. Karena kepada siapa lagi kita berbagi kalau bukan sama suami sendiri. Jika anak saya sakit, saya jadi lebih intens berkomunikasi sama suami walaupun suami lagi Kerja untuk sekedar meringankan hati yang lelah. Bagaimana jika suami super sibuk? Gak bisa diganggu saat bekerja karena kebijakan kantor melarang pegawai bermain handphone saat jam kerja?. Yups, emak-emak sekalian bisa mencari alternatif lain, berbagi cerita dengan teman akrab misalnya atau pada ibu kita, ipar bahkan. mertua. Intinya hubungi siapa saja saat anda berada dipuncak kelelahan untuk sekedar sharing.

last but not least (sebenarnya ini yang paling utama sih), jangan lupa selalu berdoa agar selalu diberikan kekuatan dan kesabaran. Tentunya yang utama agar anak-anak segera diberikan kesembuhan.

Kunci dari itu semua tentu pada pikiran si Emak, jika emaknya enjoy menjalani tangisan dan rengekan manja si anak tidak akan terasa mengganggu. Setelah apapun jangan pernah berpikiran negatif, yakinlah mereka gak akan sakit terlalu lama. Saat panas badan si kecil kembali normal, yang tadinya menempel kayak perangko sama emaknya mulai aktif lagi berjalan ke sana kemari disitulah rasa puas kita akan muncul. Kepenatan yang tadinya serasa tak berujung akan hilang seketika berganti dengan kebahagiaan yang tiada tara kala bibir kecilnya menyunggingkan senyuman tanda sakitnya telah sembuh. 

Stay strong for all mommies out there, you're not alone. Syukuri apa yang kita miliki, jalani hidup kita dengan ikhlas. Seperti langit diatas sana yang tak selalu biru, tak akan pula selalu mendung.

0 komentar