Memiliki
artikel yang terbit di media online merupakan salah satu dambaan bagi
penulis, terutama bagi penulis pemula. Ada rasa bangga tersendiri
manakala melihat nama kita tercantum dalam artikel yang diterbitkan oleh
media online, apalagi media online berbayar. Berasa keren gitu, deh! Hehehe
Euforia itupun saya rasakan saat pertama kali menerbitkan artikel di salah satu media online.
Membaca nama saya tertera di bawah judul artikel menimbulkan sensasi
tersendiri, antara bangga, haru, dan juga senang. Maklumlah, saya
orangnya memang rada dramatis dalam menyikapi hal baru. Apalagi newbie banget di dunia menulis, yang tak penah mendapatkan pelatihan khusus apalagi ikutan kelas online berbayar yang harganya lumayan menguras kantong emak dengan uang belanja pas-pasan.
Meskipun saat itu tak memperoleh bayaran karena pendapatan dihitung dari monetisasi iklan serta page view artikel kita yang terbit, sementara untuk mendaftar monetisasi iklan caranya lumayan berat. Namun, hal tersebut tak mengurangi semangat dan rasa bangga saya atas pencapaian kecil tersebut.
Melihat
nama saya tertera sebagai penulis artikel rupanya menjadi candu
tersendiri. Saya pun kepincut dengan dunia tulis menulis artikel. Tanpa
target yang muluk-muluk (saat itu bahkan hingga kini, saya hanya
menjadikan aktivitas menulis sebagai hobi semata tanpa pernah berharap
mendapatkan penghasilan dari situ). Perlahan namun pasti, berkat
konsistensi dalam menulis dan menerbitkan artikel, akhirnya akun saya
berhasil mendaftar monetisasi. Penghasilan yang walaupun masih recehan
berhasil saya kantongi.
Monetisasi
iklan menjadi penambah semangat bagi saya, meskipun tidak terlalu
mempersoalkan apakah saya dapat uang dari menulis atau tidak.
Setidaknya, hal tersebut memacu diri saya untuk semakin rajin menulis
dan mencoba mengikuti lomba yang biasanya rutin diadakan oleh platform tempat saya tergabung sebagai kontributor. Benar saja, usaha tak akan pernah mengkhianati hasil. Penghasilan merupakan bonus tak terduga dari hobi menulis yang saya geluti.
Beberapa
kali saya berhasil menang lomba dan mendapat sedikit hadiah berupa
uang. Bahkan saya berhasil masuk ke dalam top 10 kategori penulis lifestyle
bersanding dengan penulis kawakan. Dari situlah pundi-pundi rupiah
mulai mengalir melalui proyek-proyek mengerjakan artikel dengan tema dan
jumlah tertentu yang bayarannya lumayan. Bisa banget buat jajan mie
ayam sekeluarga. Walaupun pada akhirnya saya mengalami hal yang pahit
dan menyakitkan berkaitan dengan platform tersebut.
Berbekal dari pengalaman yang ada. Saya memberanikan diri untuk menulis dan mengirimkan artikel ke media online lainnya. Ceritanya sih sudah percaya diri, kalau artikelnya bakal terbit. Soalnya sudah enggak newbie banget. Hehehe Sekali lagi artikel saya berhasil terbit di platform lain dan dibayar per artikel terbit. Perjalanan yang saya lalui pun tak se-ngenes saat baru memulai nulis artikel.
Susah Enggak Sih Bikin Artikel Supaya Bisa Terbit di Media Online?
Sumber gambar: bbc.co.uk
Menulis
artikel untuk media online sebenarnya tidak terlalu susah dan tidak
sesusah yang dibayangkan kebanyakan penulis pemula. Meskipun demikian,
sebaiknya kamu banyak berlatih menulis artikel terlebih dahulu sebelum
memutuskan untuk mengirimkan artikelmu ke media online. Dengan begitu artikel buatanmu sudah lebih keren dan lebih mudah menembus media online.
Saya sendiri awal menulis artikel di media online yang cukup mudah menerbitkan artikel penulisnya, karena sistemnya bukan bayar per terbit namun bayar per view,
seperti yang telah saya jelaskan di awal tadi. Meskipun di awal tidak
menghasilkan, namun saya tetap penuh semangat menulis di media tersebut.
Hitung-hitung latihan menulis artikel, pikir saya saat itu. Tapi, bukan
berarti tanpa kendala, lho! Justru yang begini nih, yang banyak tantangannya. Pernah suatu kali, artikel yang terbit, tiba-tiba saja dioffline
oleh editor dengan alasan ada konten yang kurang berkenan di dalamnya.
Yang ternyata adalah penggunaan gambar dan sumber artikel yang tidak
diperbolehkan oleh platform tersebut.
Jadi,
bukan tak mungkin, artikel buatanmu ditolak sebelum terbit, yang
artinya perlu direvisi kembali agar sesuai dengan aturan yang berlaku
dalam platform tersebut. Saya pun merasakan hal tersebut apalagi
saat awal bergabung. Pernah sampai 6 kali merevisi satu artikel sebelum
terbit. Perjuangan banget, ya!
Caranya?
Sumber gambar: dailysocial.id
Lalu, bagaimana sih caranya menulis artikel untuk media online biar tak
banyak ditolak, apalagi sampai berkali-kali? Apakah ada kiat khususnya
atau menulis saja seperti biasa sebagaimana kita menulis untuk blog atau
akun sosmed? Jelas, berbeda. Menulis untuk media sangat berbeda dengan
menulis untuk blog pribadi yang sifatnya lebih personal, ya Dear!
Diperlukan sedikit trik agar artikel buatanmu sukses tembus media online. Apa sajakah itu? Berikut kiat sukses menulis artikel agar tembus media online (ini menurut pengalaman dan sedikit pengamatan saya, ya!):
1. Pelajari Gaya Bahasa Platform yang Kamu Bidik
Hal ini penting sekali untuk dilakukan sebelum mengirimkan artikelmu ke media online pilihanmu. Setiap platform memiliki
gaya tulisan dan juga gaya bahasa yang berbeda. Ada yang lebih menyukai
menerbitkan artikel dengan gaya bahasa santai khas anak muda, ada yang
menyukai gaya bahasa formal, bahkan ada pula platform yang menyukai gaya bercerita satire.
Misalnya
saja kamu ingin mengirimkan artikel buatanmu ke Estrilook.com. Agar
artikelmu dilirik, maka gunakan gaya bahasa yang biasanya dipakai
penulis yang artikelnya sudah terbit di platform tersebut. Menulis
artikel sebagai kontributor media online sangat jauh berbeda dengan
menulis di blog pribadi kita sendiri. Jika di blog pribadi, kita bebas
menulis sesuai dengan gaya bercerita yag kita mau, lain halnya dengan
menulis di media online yang memiliki peratutan tersendiri.
Seperti
yang sudah saya ceritakan di atas, bahwa saya pernah merasakan artikel
ditolak, bahkan dioffline padahal sudah terbit sebelumnya karena ada
beberapa peraturan yang tanpa sadar saya langgar.
Jadi banyak-banyak membaca artikel yang telah terlebih dahulu terbit di
media incaranmu dan pelajari dengan baik gaya bahasa serta gaya
penulisan yang digunakan dalam artikel-artikel tersebut, dengan begitu
peluang artikelmu untuk terbit semakin besar.
2. Buatlah Judul yang Menarik
Pemilihan judul juga sangat mempengaruhi, lho!
Dengan judul yang menarik, biasanya editor akan melirik artikelmu dan
bukan tak mungkin berminat menerbitkannya. Buatlah judul semenarik dan
seindah mungkin, namun tetap berkaitan dengan isi artikel yang kamu
buat. Judul yang menarik akan membuat pembaca menjadi penasaran dan pada
akhirnya memutuskan untuk membaca artikel yang kamu tulis. Untuk tips
membuat judul yang kece, tunggu artikel saya selanjutnya, ya!
3. Pilih Topik yang Disukai oleh Pembaca
Menulis artikel tak boleh sembarangan, lho!
Kamu harus jeli dalam memilih topik yang disukai oleh para pembaca.
Jangan sampai kamu memilih tema yang tak populer, ya! Bisa-bisa
artikelmu lumutan dan tidak terbit-terbit. Jika memungkinkan,
pilih topik yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan atau yang lagi
viral namun dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini juga menaikkan
peluang terbit artikel milikmu.
Bahkan
jika kamu mengulasnya dengan menarik, bukan tak mungkin artikelmu akan
terbit dengan cepat. Cara ini sukses dipraktekan beberapa teman penulis.
Menulis topik yang sedang hot, membuat artikel lebih diperhatikan oleh editor.
4. Buatlah artikel yang Informatif
Selain
menulis topik yang sedang hot, kamu juga bisa menulis artikel yang
berisi informasi bermanfaat bagi para pembaca. Misalnya saja, kamu bisa
menulis perihal manfaat buah-buahan tertentu bagi kesehatan. Atau kamu
bisa mengangkat mengenai parenting, do's and dont's dalam membesarkan anak, dan lain-lain. Kemas secara menarik agar tak membosankan, namun tetap sesuai dengan gaya bahasa platform yang kamu tuju.
5. Self Editing
Tulisan yang tidak rapi dan banyak typo pastinya bakal membuat editor gerah dan pada akhirnya melemparkan tulisanmu ke bin atau tong sampah tanpa pikir panjang. Oleh karena itu, lakukan self editing sebelum memutuskan mengirimkan artikelmu ke media online. Hal tersebut untuk meminimalisir typo yang mungkin saja ada pada artikel, serta membuat artikel lebih menarik jika ada kalimat yang perlu untuk diganti atau dihapus.
Jangan
lupa, saat mengoreksi artikelmu sendiri, tempatkan diri sebagai pembaca
bukan sebagai penulis artikel. Agar kesalahan penulisan serta kalimat
yang kurang pas bisa terdeteksi dengan baik.
6. Nekad
Selain beberapa teori di atas, kamu harus percaya diri dengan artikelmu. Tak perlu malu untuk menulis artikel dan mengirimkannya ke media online.
Masalah diterima atau ditolak, itu urusan belakangan dan urusan editor.
Tugas kita hanya menulis dan terus menulis. Yang paling penting kamu
sudah mencoba dan siap menghadapi penolakan. Sikap nekad sangat
diperlukan agar kamu tak mudah berputus asa. Jika ditolak, jangan menyerah. Perbaiki artikelmu dan coba lagi sampai tembus media online.
Bagaimana? Siap menulis artikelmu untuk dikirim ke media online? Jangan ragu apalagi malu atau takut ditolak. Ditolak mah udah biasa, tapi kalau sudah berhasil. Beeuh,
rasanya menyenangkan sekali. Tak perlu minder apalagi sampai rendah
diri. Yakinlah, bahwa penulis besar pun tentu pernah ada di posisimu
sekarang ini. Teruslah belajar dan jangan berhenti berkarya.
Selamat mencoba.
Semoga artikel ini bermanfaat, Dear! Bagi yang punya pengalaman bagaimana perjalanannya dalam menembus media online, yuk sharing di kolom komentar!
28 komentar
thanks for sharing mbak! Sampai sekarang belum pernah kirim tulisan ke media online. Nulis di blog sendiri aja kadang gak konsisten hehe
ReplyDeleteSama2, mbak!
ReplyDeleteYuk, mbak coba2 kirim artikel ke media online. Seru, lho!
Ini mah mastahnya yess, yuk ngisi lagi di web ane,Bu Eko kwkwkwk *minta digetok :D
ReplyDeleteSaya kan belajar banyak dari bun muy. Hihihi
Deletewah mantap tipsnya. terimakasih ya sudah sharing. saya suka tips terakhir hahaha..
ReplyDeleteSama sama, mbak! Terima kasih sudah mampir
DeleteYuhuu.. Sama sama ��
DeleteNekat emang kadang perlu juga ya mbak, yg penting percaya diri aja
ReplyDeleteperlu banget, mbak! Hehehe
DeleteSalam knal mb dewi, bermanfaat banget tipsnya. Kereen mb, trmkasaih.
ReplyDeleteSalam kenal, mbak! Terima kasih sudah mampir
DeleteInfo yg sangat berguna mb trima kasih banyak,, baru aja saya mau kirim artikel k platform itu hehe,, cus saya pelajari dulu artikel yg terbit dsna.. Mudah2 artikel saya tembus 😁😉
ReplyDeleteSemangat, mbak! Semoga berhasil. Sukses selalu
DeleteTipsnya bermanfaat sekali, Mbak. Jadi kita nggak perlu putus asa meskipun artikel ditolak ya...
ReplyDeleteBener banget, mbak! Ditolak itu biasa, malah bisa dijadikan bahan belajar biar tulisan kita semakin baik.
DeleteSaya selalu suka baca tulisan seperti ini, berasa dipaksa-paksa supaya terus nulis dan kirim ke mana gitu. Mbak Dewi pernah punya pengalaman nggak enak dengan dalah satu platform, saya pernah baca penulis lain juga ada yang punya pengalaman begitu. Kenapa bisa begitu ya, Mbak? Apa sebabnya? Gimana cara menghndari terjadinya hal-hal seperti itu? Bukannya saya kepo, cuman supaya kita yang baru mau nyoba-nyoba ngirim bisa tau musti gimana kalo terjadi kayak gitu.
ReplyDeleteEntahlah, mengapa bisa seperti itu. Untuk menghindarinya sebenarnya bisa dilihat dari pengalaman teman2 mengenai platform tsb. Saya dulu udah tau kalo platform tempat saya bergabung sering bermasalah sama kontributor, tapi saya tetap nekat. Akhirnya, ngerasain juga. Hehehe
DeletePasti bangga liat karya kita bisa diapresiasi banyak orang. Tapi saya kok belum pede ya nulis artikel untuk diterbitkan gitu. Hihi ^^
ReplyDeleteSemangat, mbak! Tak ada salahnya mencoba.
DeleteSuka tipsnya, Mbaa
ReplyDeleteLebih2, media online sekarang ini bejibun
Iyes, bisa milih2. Tapi tetap harus hati2 karena banyak juga yang gak amanah sekarang.
Deleteself editing itu part yang kadang bikin ngh. saya suka nggak teliti soalnya baca naskah sendiri. ntar tiba-tiba ada yang typo atau kelewat
ReplyDeleteSamaaa. Padahal mata udah pegel melototin artikel, tetap aja ada yang kelewat. Hehehe
DeleteSemangat, bun! Jangan ragu untuk ngirim ke media.
ReplyDeleteArtikelku udah tak edit masih belum bener deh. Hhmm
ReplyDeletePernah waktu itu menjadi kontributor salah satu media online, namun sudah tidak aktif lagi mengirimkan karena sering tidak tembus haha. Setelah membaca ini jadi semangat lagi
ReplyDeleteKeren ih tips nya, nomor dua saya sedang berlatih biar judul lebih menarik... hahaha, belajar bikin judul dulu baru kirim... sampai sekarang blm ada niat kirim ke media online karena tulisan blm lemes, masih senang post di blog pribadi.. Saya perlu banyak belajar dan tetap semangat belajar,,
ReplyDeleteNulis di media online masih sembariiii aja kalau sekarang, karena masih asyik ngisi blog sendiri 😂😂
ReplyDelete